Efikasi Ekstrak Daun Sirih Terhadap Alternaria porri Penyebab Penyakit Bercak Ungu Pada Bawang Merah Secara In vitro
Article History
Submited : October 21, 2020
Published : December 21, 2018
Bercak ungu disebabkan oleh jamur A. porri adalah penyakit penting yang menyerang pertanaman bawang merah dan menyebabkan kerugian dibeberapa sentra produksi di Indonesia. Pengendalian penyakit bercak ungu oleh petani masih menggunakan fungisida kimia sehingga diperlukan alternatif pengendalian dengan fungisida nabati. Salah satu fungisida nabati ialah daun sirih. Daun sirih memiliki sifat anti cendawan, dan anti oksidan dengan komponen minyak atsiri yaitu eugenol 63,39%, acetyleugenol 14,05%. Tujuan penelitian ini untuk menentukan efektivitas ekstrak daun sirih dalam menghambat pertumbuhan jamur A. porri penyebab penyakit bercak ungu pada bawang merah. Pelaksanaan penelitian di Laboratorium Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan (HPT) Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Sulawesi Tengah. Palu. Penelitian dimulai pada bulan Januari sampai September 2016. Metode uji yaitu masing-masing konsentrasi ekstrak daun sirih di tuang sebanyak 2 ml ke dalam medium PDA. Setelah memadat, A. porri diambil menggunakan jarum ose dan diletakkan tepat di bagian tengah. Hasil penelitian menunjukkan, Ekstrak daun sirih efektif menghambat pertumbuhan A. porri, konsentrasi tertinggi dalam menghambat pertumbuhan A. porri adalah 8%. Hasil analisis regresi konsentrasi ekstrak daun sirih terhadap persentase penghambatan A. porri menunjukkan hubungan korelasi sangat kuat (0,904).
BPS. 2017. Produktivitas Bawang Merah Menurut Provinsi Tahun 2011 - 2015. Kementrian Pertanian Republik Indonesia.
Bhanu P., Ravindra S., Priyanka S., Ashok K. 2010. Eficacy of Chemically Characterized Piper betle L. Essential Oil Againts Fungal and Aflatoxin Contamination of some Edible Commodities and its Antioxidant Activity. J. Food Microbiology 142(2010): 114-119
Foeh, R. H. 2000. Pengujian Efek Fungisidal Beberapa Ekstrak Tanaman Terhadap Alternaria porri (Ell) Secara In Vitro. Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 60 Hal.
Marlina., S. Hafsah, dan Rahmah. 2012. Efektivitas Lateks Pepaya (Carica papaya) Terhadap Perkembangan Colletotrichum capsici pada Buah Cabai (Capcicum annum L). J. Penelitian Universitas Jambi Seri Sains. 14(1) : 57-62
Novizan. 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. Agromedia Pustaka. Jakarta. 94 hal.
Nurhayati. 2007. Pertumbuhan C. capsici Penyebab Antraknosa Buah Cabai Pada Berbagai Media yang Mengandung Ekstrak Tanaman. J. Rafflesia 9(1):ISSN : 1411-2434
Oyedemi, S.O., Okoh A.I., Mabinya L.V., Pirochenva G. and Afolayan A.J.. 2008. The Proposed Mechanism of Bactericidal Action of Eugenol, αterpinol and γ-terpinene against Listeria monocytogenes, Streptococcus pyogenes, Proteus vulgaris and Escherichia coli. African Journal of Biotechnology 8(7) : 1280-1286 hlm.
Prayogo, B.E.W., dan Sutaryadi. 1992.Pemanfaatan Sirih Untuk Pelayanan Kesehatan Primer. Jurnal Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 1(1): 1-9
Rukmana, R. 2001. Bawang Merah. Penebar Swadaya. Jakarta. 94 hlm
Semangun, H. 2004. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 451 hlm.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D (eidisi ke 23). Bandung: CV. Alfabeta. 334. Hlm.